Adalah Ricky Elson tangan dingin di balik lahirnya
mobil mewah yang ramah lingkungan ini. Elson bersama Tim Putra Petir telah
berhasil membuat mobil listrik yang merupakan hasil pengembangan dari mobil Tuxuci.
Selo didukung sepenuhnya oleh Dahlan Iskan untuk menjadi mobil listrik
nasional.
Mobil beraura sport ini
hampir seluruh komponennya adalah karya anak bangsa. Berteknologi tinggi dan hemat energi. Inilah
salah satu mobil yang bisa menjadi alternatif di tengah problem ketersediaan
bahan bakar minyak yang terus terkuras tanpa bisa diproduksi kembali. Menjadi
salah satu solusi untuk penghematan BBM tanpa mengabaikan kebutuhan manusia
terhadap penggunaan mobil. Sayangnya, mobil ini belum bisa diproduksi secara
massal. Hal tersebut karena belum adanya izin dari pemerintah untuk melahirkan
Selo di tengah masyarakat. Izin tersebut tidak juga dikeluarkan karena adanya
dugaan korupsi dalam lembaga yang menaunginya, yakni Kementerian Riset dan Teknologi.
Mobil
yang hadir dengan desain mata eagle-eye
sipit dan garis bodi tajam ini pada akhirnya hanya bisa menjadi prototipe
saja. Padahal, desain dan komponen
canggih yang dimiliki Selo bukan tidak mungkin bisa menarik perhatian dan minat
masyarakat, lebih-lebih pecinta mobil sport di tanah air. Bukankah lebih bijak
memilih mobil produksi dalam negeri kalau memang tidak kalah dengan buatan luar
negeri?
Sudah
bukan hal baru bahwa Indonesia kaya akan anak negeri yang kreatif dan berdaya saing. Banyaknya karya
anak negeri yang ‘dihargai dunia’ menjadi bukti bahwa sumber daya manusia
pribumi tidak kalah atau bahkan lebih unggul dari SDM nonpribumi. Namun, selama
ini memang daya apresiasi dan kepercayaan terhadap ‘diri sendiri’-lah yang
masih rendah. Yang menyebabkan munculnya perasaan inferior. Akibatnya, karya dan SDM asing dianggap lebih
unggul. Baru saat karya anak negeri diakui atau dipatenkan negara lain, rasa
sesal yang kerapkali dibungkus dengan kebanggaan disuarakan. Mengelu-elukan kreasi pribumi setelah ‘dimiliki’
negara lain. Jadi, bukan salah ‘mereka’ jika memilih berkarya di luar negeri
atau berkreasi untuk negara asing karena di sana lebih dipercaya, didukung,
dibantu, dan dihargai.
Sudah
saatnya Indonesia ‘percaya diri’, memberikan tempat seluas-luasnya bagi anak
bangsa untuk berkarya. Didukung sepenuhnya, bukan malah ditenggelamkan dengan
permasalahan yang ada atau diada-adakan. Jangan sampai prestasi bangsa
dikorbankan demi oknum-oknum tertentu. Selo dan karya-karya lainnya harus
dioptimalkan agar memiliki mobil listrik nasional bukan lagi mimpi bagi
Indonesia.
Sebagai pemerintah dimohonkan agar juga selalu peduli terhadap kreatifitas suatu bangsa yang sudah bisa menyaingi negera luar. Agar ke depan atau suatu saat nanti pada saat hasil kreatifitas bangsa kita ini di beli orang asing dan di patenkan hak ciptanya. Semoga pemenrintah di era ini ataupun di era selanjutnya akan tetap peduli karya anak bangsa baik muda maupun sudah tua. Jangan pikirkan masalah biaya yang penting bagaimana caranya agar anak bangsa pribumi kita ini bisa melanjutkan karyanya dan mempunyai nilai jual sebanding dengan negara luar.
Semoga artikel saya ini dapat membantu dan menjadikan anda untuk semangat membuat karya terus dan selanjutnya.
Baca juga : EC-725: Helikopter Unggul Buatan Indonesia
Baca juga : EC-725: Helikopter Unggul Buatan Indonesia
0 Response to "Selo: Polemik Mobil Listrik Buatan Indonesia"
Post a Comment
Terima kasih jika sudah mengomentari artikel saya karena saya juga manusia yang biasa tidak luput dari kesalahan.